Korea Selatan dilanda hujan deras yang menyebabkan banjir hingga longsor. Sebanyak 18 orang tewas.
Sedikitnya 18 orang tewas dan sembilan lainnya masih dinyatakan hilang akibat hujan deras yang melanda Korea Selatan sejak 16 Juli lalu. Menurut laporan Al Jazeera, hujan deras selama lima hari memicu tanah longsor, banjir bandang, dan merobohkan rumah-rumah di sejumlah wilayah tengah dan selatan negara tersebut.
Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korea Selatan mencatat korban jiwa terbanyak berada di Sancheong, Provinsi Gyeongsang Selatan, yakni 10 orang tewas dan empat orang hilang. Di Gapyeong, timur laut Seoul, satu orang tewas akibat rumahnya roboh.
Seorang laki-laki yang sedang berkemah di dekat sungai juga ditemukan meninggal setelah terseret arus deras. Istri dan anak remajanya masih belum ditemukan. Dua orang lainnya, termasuk laki-laki berusia 70-an yang tertimbun longsor, dilaporkan hilang di lokasi yang sama.
Hujan deras memaksa 14.166 orang dari 15 kota dan provinsi terpaksa meninggalkan rumah mereka. Total 1.999 kasus kerusakan dilaporkan terjadi pada fasilitas umum, sedangkan 2.238 kasus kerusakan terjadi di rumah dan bangunan milik pribadi.
Militer Korea Selatan mengerahkan sekitar 2.500 personel ke Gwangju serta ke Provinsi Chungcheong Selatan dan Gyeongsang Selatan. “Pasukan akan membantu memperbaiki rumah dan toko yang terdampak hujan deras,” demikian pernyataan mereka.
Curah Hujan Tertinggi dan Musim Hujan Terpendek
Data dari Central Disaster and Safety Countermeasures Headquarters, Sancheong mencatat curah hujan tertinggi selama lima hari, yakni 793,5 milimeter. Disusul Hapcheon (699 mm), Hadong (621,5 mm), Gwangyang (617,5 mm), dan Seosan (578,3 mm). Seosan juga mencatat curah hujan 114,9 mm per jam pada 17 Juli, sementara Pocheon mencatat 104 mm per jam pada Ahad lalu.
Musim hujan tahun ini berlangsung sangat singkat. Di Gwangju, musim hujan hanya terjadi selama lima hari sejak 19 Juni hingga 3 Juli, menjadikannya musim hujan tersingkat kedua dalam sejarah. Selama musim itu, curah hujan di Gwangju tercatat 147,2 mm. Namun hingga Sabtu pukul 22.00 waktu setempat, saat peringatan hujan deras dicabut, akumulasi hujan mencapai 527,2 mm.
Pemicu Cuaca Ekstrem
Badan Meteorologi Korea (KMA) menjelaskan bahwa perubahan cuaca ekstrem ini dipicu oleh ekspansi sistem tekanan tinggi Pasifik Utara. Tahun ini, tekanan tinggi dari Pasifik membuat musim hujan mulai dan berakhir lebih cepat, serta menyebabkan benturan udara ekstrem yang menghasilkan hujan deras.
“Udara dingin dari utara yang bertemu dengan sistem tekanan tinggi dan angin kencang di tepinya menarik uap tropis dan menciptakan ‘bahan bakar’ untuk hujan deras,” demikian penjelasan KMA seperti dikutip dari The Korea Herald.
Gelombang Panas Setelah Banjir
Setelah hujan reda, ancaman lain muncul. Korea Selatan kini bersiap menghadapi gelombang panas ekstrem. Musim panas tahun ini diperkirakan lebih panjang dan lebih panas dari rata-rata. Mulai Senin, 21 Juli, peringatan suhu panas kembali dikeluarkan secara nasional.
Suhu terasa (apparent temperature) diperkirakan melebihi 33 hingga 35 derajat Celsius selama dua hari berturut-turut. Pada 24 hingga 29 Juli, suhu minimum harian diprediksi berkisar antara 23 hingga 26 derajat, dan suhu maksimum bisa mencapai 30 hingga 35 derajat. Kelembapan tinggi akibat hujan pekan lalu membuat suhu terasa bisa mencapai 38 derajat Celsius di beberapa wilayah.
Seorang laki-laki yang sedang berkemah di dekat sungai juga ditemukan meninggal setelah terseret arus deras. Istri dan anak remajanya masih belum ditemukan. Dua orang lainnya, termasuk laki-laki berusia 70-an yang tertimbun longsor, dilaporkan hilang di lokasi yang sama.
Evakuasi Massal dan Kerusakan Fasilitas
Hujan deras memaksa 14.166 orang dari 15 kota dan provinsi terpaksa meninggalkan rumah mereka. Total 1.999 kasus kerusakan dilaporkan terjadi pada fasilitas umum, sedangkan 2.238 kasus kerusakan terjadi di rumah dan bangunan milik pribadi.
Militer Korea Selatan mengerahkan sekitar 2.500 personel ke Gwangju serta ke Provinsi Chungcheong Selatan dan Gyeongsang Selatan. “Pasukan akan membantu memperbaiki rumah dan toko yang terdampak hujan deras,” demikian pernyataan mereka.
Curah Hujan Tertinggi dan Musim Hujan Terpendek
Data dari Central Disaster and Safety Countermeasures Headquarters, Sancheong mencatat curah hujan tertinggi selama lima hari, yakni 793,5 milimeter. Disusul Hapcheon (699 mm), Hadong (621,5 mm), Gwangyang (617,5 mm), dan Seosan (578,3 mm). Seosan juga mencatat curah hujan 114,9 mm per jam pada 17 Juli, sementara Pocheon mencatat 104 mm per jam pada Ahad lalu.
Musim hujan tahun ini berlangsung sangat singkat. Di Gwangju, musim hujan hanya terjadi selama lima hari sejak 19 Juni hingga 3 Juli, menjadikannya musim hujan tersingkat kedua dalam sejarah. Selama musim itu, curah hujan di Gwangju tercatat 147,2 mm. Namun hingga Sabtu pukul 22.00 waktu setempat, saat peringatan hujan deras dicabut, akumulasi hujan mencapai 527,2 mm.
Pemicu Cuaca Ekstrem
Badan Meteorologi Korea (KMA) menjelaskan bahwa perubahan cuaca ekstrem ini dipicu oleh ekspansi sistem tekanan tinggi Pasifik Utara. Tahun ini, tekanan tinggi dari Pasifik membuat musim hujan mulai dan berakhir lebih cepat, serta menyebabkan benturan udara ekstrem yang menghasilkan hujan deras.
“Udara dingin dari utara yang bertemu dengan sistem tekanan tinggi dan angin kencang di tepinya menarik uap tropis dan menciptakan ‘bahan bakar’ untuk hujan deras,” demikian penjelasan KMA seperti dikutip dari The Korea Herald.
Gelombang Panas Setelah Banjir
Setelah hujan reda, ancaman lain muncul. Korea Selatan kini bersiap menghadapi gelombang panas ekstrem. Musim panas tahun ini diperkirakan lebih panjang dan lebih panas dari rata-rata. Mulai Senin, 21 Juli, peringatan suhu panas kembali dikeluarkan secara nasional.
Suhu terasa (apparent temperature) diperkirakan melebihi 33 hingga 35 derajat Celsius selama dua hari berturut-turut. Pada 24 hingga 29 Juli, suhu minimum harian diprediksi berkisar antara 23 hingga 26 derajat, dan suhu maksimum bisa mencapai 30 hingga 35 derajat. Kelembapan tinggi akibat hujan pekan lalu membuat suhu terasa bisa mencapai 38 derajat Celsius di beberapa wilayah.

